5 Tips Menangani Konflik dalam Tim

Konflik dalam tim pasti muncul. Oleh karena itu ketua tim sejak awal perlu mengantisipasi timbulnya konflik.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam menangani konflik dalam tim.

Blog ini akan menampilkan 5 Tipsnya.

Mari kita simak satu persatu.

#1 Memilih anggota tim yang tepat. Tentunya saat menentukan calon anggota, seorang ketua akan memilih berdasarkan kompetensi dan latar belakang berbeda yang dibutuhkan dalam penyelesaian sebuah proyek.

Tentunya ketua harus mengetahui rekam jejak anggota tim dalam kaitannya dengan hubungan inter personal. Artinya, ada pengetahuan apakah seorang calon anggota pernah berkonflik dengan calon lain. Dimana konflik tersebut menyebabkan sebuah proyek terhambat atau bahkan menjadi gagal.

Sebagi contoh, ketua tim membutuhkan 2 calon anggota yang masing-masing berlatar belakang penjualan dan berlatang belakang operasional. Walaupun keduanya orang yang tepat dalam proyek yang akan dikerjakan, ternyata keduanya pernah mempunyai rekam jejak konflik dalam tim yang berpengaruh dalam penyelesaian sebuah proyek.

Untuk itu, ketua perlu mengambil risiko untuk menggantikan salah satu calon anggota yang berlatang belakangnya sama walaupun kompetensi yang lebih rendah dari calon sebelumnya. Namun, risiko ini telah diperhitungkan sehingga manfaat yang diambil dari langkah ini lebih besar daripada merekrut 2 anggota yang bermasalah.

#2 Membuat sebuah kesepakatan. Perbedaan pendapat dalam tim saat menyelesaikan proyek pasti ada. Justru hal ini akan menambah wawasan dalam tim karena proyek dihasilkan oleh orang-orang yang berlatang belakang berbeda.

Walaupun anggota tim tidak mempunyai rekam jejak konflik sebelumnya, potensi mempunyai konflik bisa saja terjadi saat proyek saat ini berlangsung. Hal ini disebabkan oleh perbedaan pendapat yang tidak sehat dan mementingkan kepentingan individu.

Sejatinya setelah tim terbentuk, ketua segera membuat sebuah kesepakatan apabila konflik muncul. Semua hal disepakati bersama sebelum proyek berjalan.

Contoh kesepakatan seperti pengaturan bagaimana anggota menyampaikan pendapatnya. Artinya ketika seorang anggota menyampaikan hasil pekerjaannya dan terlihat masih banyak kekurangan, maka baik ketua maupun anggota lain memberikan pendapat tidak untuk menghakimi tetapi memberikan solusi bagi kemajuan proyek.

#3 Mencari akar permasalahan. Walaupun tim yang dibentuk merupakan orang yang belum ada rekam jejak konflik, namun potensi tetap ada. Bahkan kesepakatan yang sudah dibuat pun bisa terlanggar.

Bila ini terjadi, ketua segera memanggil pihak yang berkonflik untuk memetakan akar permasalahan sehingga bisa segera diambil solusinya. Hal ini lebih mudah diselesaikan bila permasalahan yang ada lebih bersifat pada kurangnya komunikasi sehingga terjadi kesalahpahaman.

Lain halnya dengan permasalahan bersifat personal. Tentunya ketua akan bekerja lebih ekstra. Untuk itu, ketua perlu menempatkan diri sebagai penengah atau orang uang dituakan dalam tim yang dapat menyelesaikan masalah.

Solusi yang didapatkan dari pemecahan akar permasalahan lebih bersifat pada win win solution, sehingga kedua anggota tim tidak ada yang merasa dianak tirikan.

#4 Meminta bantuan pihak lain. Anggota tim yang direkrut berlatang belakang berbeda-beda yang berasal dari berbagai divisi atau bagian. Tentunya mereka pasti mempunyai atasannya masing-masing.

Ketika ketua tim akan merekrut anggota, pasti sudah berkomunikasi dengan atasan calon anggota tim. Istilahnya minta izin. Atasan pun akan memberikan gambaran kepada ketua tim tentang kompetensi anggota yang direkrut.

Pada saat terjadi konflik yang melibatkan anggota dari beberapa divisi atau bagian, maka ketua dapat meminta saran kepada atasannya masing-masing. Hal ini tentunya akan membantu ketua dalam menemukan titik temu.

Selain itu, atasan tersebut juga bisa memanggil bawahannya yang menjafi anggota tim untuk memberikan gambaran bahwa konflik yang berkepanjangan akan menyebabkan sebuah proyek mengalami kegagalan. Intinya memberikan gambaran bahwa harus mengedepankan kepentingan tim daripada pribadi.

#5 Mengambil sikap tegas. Ketua Tim mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa proyek berjalan dan timeline untuk semua milestone tercapai. Masing-masing anggota tim pun memegang aktivitas-aktivitas mandiri yang berpengaruh terhadap keseluruhan proyek.

Konflik yang tidak terhindarkan bisa merubah waktu bahkan sumberda yang ada. Untuk itu ketua perlu mengambil sikap kepada anggota tim apabila konflik sudah mulai mengganggu aktivitas.

Misalnya, salah satu anggota tim menolak untuk menyelesaikan tugasnya karena berkonflik dengan rekan kerjanya. Ketua kemudian mengambil sikap tegas sesuai dengan kesepakatan yang dibuat. Diberikan sanksi kepada yang bersangkutan atau keluar dari keanggotaan tim.

Konsekuensinya adalah ketua dan sisa anggota yang lain harus segera menutup pekerjaan yang ditinggalkan oleh anggota tersebut. Bila tidak tertutupi, ketua tim bila masih memungkinkan meminta bantuan atasan untuk dapat memberikan penggantinya.

Demikian 5 cara menangani konflik dalam tim yang bisa dilakukan oleh seorang Ketua Tim.

Semoga Bermanfaat.

One Reply to “5 Tips Menangani Konflik dalam Tim”

  1. Untuk poin no.1, ada juga yg tidak bisa memilih anggota tim dan hanya bisa menerima dipilihin…hehehehe
    Tp Yg jelas seluruh komponen di tim harus mempunyai komitmen yg sama untuk membawa kemana tim nya bergerak ya pak…
    Mantap pak…artikelnya mudah di pahami, aplikatif dan membuka pola pikir yg lebih baik…👍👍👍

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *